Sebaik-baiknya orang itu orang yang memberikan manfaat bagi
orang lain. Demikian untaian kalimat indah yang pernah disampaikan nabi 14 abad
yang lalu. Hadits ini secara tegas menyuruh kita untuk menjadi manusia yang
memberikan manfaat kepada orang lain, bukan membuat kerugian. Perintah tersebut
bukan hanya ditujukan bagi orang yang memiliki pengaruh di lingkungannya. Namun
mutlak bagi semua orang: laki-laki-perempuan, kecil-besar, kaya maupun miskin....
Selama masih disebut sebagai manusia, kita dituntut selalu manusia yang
memberikan kenyamanan dan kegembiraan di sekitar.
Itulah maksud dari munculnya buku Menjadi Manusia
Matahari Bekerja Saja Tidak Cukup karya Herry Tjahjono. Apa yang
disampaikan Herry sungguh tak disangka-sangka. Sesuai dengan judul bukunya, ia
menegaskan bahwa bekerja saja tidak cukup! Tentu muncul pertanyaan di benak
kita. Lantas kita harus bagaimana kalau kerja, yang menghabiskan waktu dan
tenaga, saja sama sekali tidak mencukupi jabatan kita sebagai penghuni bumi.
Adakah sesuatu yang lebih bernilai dari bekerja? Ataukah kita harus
meninggalkan pekerjaan kita selama ini? Tidak. Bukan seperti itu yang Herry
harapkan.
Herry menyarankan kita agar tidak egois dalam hidup.
Kehidupan harus menghasilkan buah kebaikan bagi orang lain. Kali ini Herry
memberikan analogi sebuah pohon pisang. Jika kita amati pisang ternyata hanya
berbuah sekali sepanjang hidupnya. Kalau belum berbuah, ia akan terus hidup
meskipun sudah dipotong berulang kali. Filosofi buah pisang begitu bernilai:
hidup adalah untuk tumbuh dan berbuah. Yang tentunya buahnya akan dirasakan
oleh orang lain, bukan dirinya sendiri.
Kisah seorang tukang ledeng yang disampaikan Herry patut
kita resapi. Alkisah, seorang petinggi pabrik mobil di Jerman mengalami
kebocoran pipa dan kran. Ia lantas memanggil tukang ledeng. Karena masih banyak
pekerjaan, si tukang ledeng baru bisa datang setelah dua hari kemudian.
Keesokan hari si tukang ledeng menelpon untuk mengucapkan terima kasih karena
bersedia menunggu sehari lagi. Tiba saatnya, si tukang ledeng memperbaiki
masalah pipa tersebut. Setelah kembali pulih, beberapa hari kemudian si ia
menelpon bos tersebut untuk menanyakan keadaan pipa.
Bos pabrik mobil tersebut begitu terpesona menyaksikan
ketulusan dan keinginan memberikna pelayanan terbaik oleh tukang ledeng.
Singkat cerita, si tukang ledeng akhirnya direkrut menjadi karyawannya yahng
kemudian berhasil menjadi General Manager. Padahal sebelumnya ia tak mengetahui
bahwa pelanggannya itu adalah seoang bos pabrik mobil.
Tukang ledeng di atas pantas kita jadikan teladan. Meskipun
hanya berprofesi sebagai tukang ledeng yang dianggap rendah oleh banyak orang,
tetapi hati dipenuhi bunga-bunga ketulusan dalam melayani pelanggan. Sungguh
sangat sukar dicari pada mas kini. Masyarakat di tengah-tengah kita, atau
bahkan kita sendiri, belum tentu dapat melakukan hal mulia tersebut. Lumrahnya,
kita hanya menutupi tuntutan pekerjaan saja. Masalah sesuai atau tidak, benar
atau salah, itu urusan belakang. Tak pernah kita pikirkan.
Lebih jauh, buku ini membagi manusia menjadi empat tipe.
Pertama, manusia jurang, yaitu tipe manusia yang berada dalam posisi dan
kondisi rendah. Ia akan bekerja sekehendaknya tanpa memperdulikan aturan yang
berlaku. Kedua, manusia bukit, yaitu tipe manusia yang berada di posisi
tanggung. Tidak buruk, tapi sekadar cukup baik. Ia akan melaksanakan tugas
apabila ada perintah dari atasan saja. Selebihnya, ia tak mau tahu. Ketiga,
manusia puncak gunung, yaitu tipe manusia yang berada di posisi tinggi,
termasuk dalma kategori manusia baik. Dalam bekerja pun ia selalu membeikan
yang terbaik, bahkan melebihi job description yang ada. Sementara tipe keempat
adalah manusia matahari, yaitu manusia yang selalu berada di posisi netral, ia
menjadi sumber energi bagi lingkungan sekitar layaknya matahari yang selalu
menyinari alam. Dalam bekerja ia sama sekali tidak bergantung pada tugas atau
perintah atasan. Ia menyerahkan segenap jiwa raganya dalam semua aktivitasnya
yang ia persembahkan langsung kepada Tuhan. Dialah yang layak disebut sebagai
manusia mulia, the great people.
Penulisan dan penyampaian buku ini begitu mengena dengan
dukungan gambar di setiap pembahasan. Pembaca mudah terbawa dalam aliran
pembahasan di setiap bab. Di separuh bagian akhir juga dicantumkan 23 anekdot
tentang manusia yang mulia, yang menjalani hidupnya dengan penuh ketulusan.
Meskipun sulit ditemukan, menjadi manusia matahari bukan hanya di dalam
angan-angan saja. Siapapun bisa.
_______________________________________
Peresensi: M. Amsar
Roedi, pencinta buku, tinggal di Demak
Judul
: Manusia Matahari, Bekerja Saja Tidak Cukup!
Penulis :
Herry Tjahjono
Penerbit :
PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan : I,
2012
Tebal
: xvii + 292 Halaman
ISBN
: 978-602-00-3297-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar